Universitas Riau Kepulauan Kunjungan Kerja,Penelitian PENINGKATAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

PENINGKATAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

Ahmad Yanizon

Dosen Tetap Prodi Pendidikan Bimbingan Konseling FKIP UNRIKA Batam

 

Abstract:

Low social adjustment of students who can hinder the development of adolescents, including social relationships with peers. Group counseling can be used to improve the social adjustment of students. This study aimed to reveal students’ social adjustment through group counseling services. An experimental pretest and posttest control group design was used to test whether the guidance of a group can better improve the social adjustment of students. Two groups of students selected from a purposive sample of MAN 1 Curup and MAN 1 Kepahiang. Each group consisted of 10 students. Guidance for the experimental group performed in six sessions. Data the social adjustment of pretest-posttest gathered through. The findings of this study were: (1) there are significant differences between pre-test and post test experimental group on social adjustment. (2) there was no difference in pre-and post-test control group students on social adjustment. (3) there are significant differences in social adjustment between the experimental and control groups. Based on these findings, it can be concluded that students’ social adjustment can be enhanced through the guidance of the group.

Kata kunci: Penyesuaian Sosial Siswa, Layanan Bimbingan Kelompok

 

PENDAHULUAN

Satu hal yang menjadi perhatian para siswa ketika memasuki lingkungan sekolah baru adalah beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Adaptasi ini merupakan cara siswa untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah yang baru dimasukinya terutama dalam hal penyesuaian sosial dengan teman sebaya. Melalui penyesuaian sosial, para siswa memperoleh pemuasan akan kebutuhan-kebutuhannya.

Masa remaja merupakan masa yang singkat dan sulit dalam perkembangan kehidupan manusia. Menurut Chaplin (2004:12), adolescence adalah periode antara pubertas dan kedewasaan, usia yang diperkirakan 12 sampai 21 tahun bagi anak perempuan yang lebih cepat matang dibandingkan anak laki-laki, dan antara 13 hingga 22 tahun bagi anak laki-laki.

Salah satu tugas perkembangan remaja yang harus dicapai adalah berkaitan dengan hubungan sosial. Havighurst (dalam Syamsu Yusuf, 2006:74). mengemukakan tugas-tugas perkembangan sosial pada masa remaja yaitu:

1.      Mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman-teman sebaya, baik dengan teman sejenis maupun dengan lawan jenis.

2.      Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita artinya dapat menerima peranan masing-masing sesuai dengan ketentuan yang berlaku di masyarakat.

3.      Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial yang berlaku di dalam masyarakat

Keberhasilan remaja dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan di atas mengantarkannya ke dalam suatu kondisi penyesuaian sosial yang baik sehingga remaja yang bersangkutan dapat merasa bahagia, harmonis dan dapat menjadi orang yang produktif, namun sebaiknya apabila gagal, maka remaja akan mengalami ketidak bahagian atau kesulitan dalam kehidupannya. Sedangkan Hurlock (2004:287) mendefinisikan penyesuaian sosial sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri pada orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok khususnya. Penyesuaian sosial sebagai proses dari penyesuaian diri berlangsung secara kontinue, di mana dalam kehidupannya, seseorang akan dihadapkan pada dua realitas, yaitu diri dan lingkungan sekitarnya. Hampir sepanjang kehidupannya seseorang selalu membutuhkan orang lain untuk dapat berinteraksi satu sama lain. Menurut Kartono (2000:259) penyesuaian adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungan, sehingga rasa permusuhan, dengki, iri hati, prasangka, depresi, kemarahan dan emosi negatif lainnya sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis habis. Istilah penyesuaian mengacu kepada seberapa jauhnya kepribadian seseorang mempunyai manfaat secara baik dan efisien dalam masyarakat.

Proses penyesuaian sosial yang dilakukan remaja berbeda-beda dalam arti bersifat unik. Keunikan tersebut bermula pada hakekat kepribadian itu sendiri yang merupakan pembentukan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu remaja dan faktor dari luar yaitu lingkungan. Ketidakmampuan remaja dalam melakukan pilihan, yang juga berarti tidak mampu mengambil keputusan, merupakan indikator ketidakmampuan menyesuaikan diri.

Menurut Schneiders (dalam Moh. Ali dan Moh. Asrori, 2005:181), setidaknya ada lima faktor yang dapat mempengaruhi proses penyesuaian sosial individu, yaitu:

1.      Kondisi fisik, meliputi: hereditas dan konstitusi fisik, sistem utama tubuh, dan kesehatan fisik.

2.      Kepribadian, meliputi: kemauan dan kemampuan untuk berubah (modifiability), pengaturan diri (self-regulation), realisasi diri (selfrealization), dan intelegensi.

3.      Edukasi atau pendidikan, meliputi: belajar, pengalaman, latihan, dan determinasi diri.

4.      Lingkungan, meliputi: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

5.      Agama dan budaya

 

Remaja dianggap memiliki penyesuaian sosial yang baik, jika perilaku remaja tersebut mencerminkan keberhasilan dalam proses sosialisasi sehingga cocok dengan tempat mereka menggabungkan diri dan diterima sebagai anggota kelompok maupun anggota masyarakat. Jika dikaitkan dengan lingkungan sekolah, penyesuaian sosial siswa yang efektif akan tercermin dalam sikap atau perilaku saling menghargai dan menerima hubungan interpersonal dengan guru, pembimbing, teman sebaya, mentaati peraturan sekolah dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar dan kegiatan lainnya di sekolah. Penyesuaian sosial siswa yang efektif akan memberikan dampak positif terhadap penerimaan siswa dalam kelompoknya.

Hurlock (1997:287) menyebutkan terdapat empat kriteria dalam menentukan sejauh mana penyesuaian sosial seseorang mencapai ukuran baik, yaitu sebagai berikut:

1.    Penampilan nyata melalui sikap dan tingkah laku yang nyata (overt performance)

Perilaku sosial individu sesuai dengan standar kelompok atau memenuhi harapan kelompok maka individu akan diterima sebagai anggota kelompok. Bentuk dari penampilan nyata adalah a) aktualisasi diri yaitu proses menjadi diri sendiri, mengembangkan sifat-sifat dan potensi diri, b) keterampilan menjalin hubungan antar manusia yaitu kemampuan berkomunikasi, kemampuan berorganisasi, dan c) kesediaan untuk terbuka pada orang lain, yang mana sikap terbuka adalah sikap untuk bersedia memberikan dan sikap untuk bersedia menerima pengetahuan atau informasi dari pihak lain.

2.    Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok

Individu dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap berbagai kelompok, baik kelompok teman sebaya maupun kelompok orang dewasa. Bentuk dari penyesuaian diri adalah a) kerja sama dengan kelompok yaitu proses beregu (berkelompok) yang mana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil mufakat, b) tanggung jawab yaitu sesuatu yang harus kita lakukan agar kita menerima sesuatu yang dinamakan hak, dan c) setia kawan yaitu saling berbagi, saling memotivasi dalam kebaikan.

3.    Sikap sosial

Individu dapat menunjukan sikap yang menyenangkan terhadap orang lain, terhadap partisipasi sosial, serta terhadap perannya dalam kelompok maka individu akan menyesuaikan diri dengan baik secara sosial. Bentuk dari sikap sosial adalah ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial di masyarakat, berempati, dapat menghormati dan menghargai pendapat orang lain.

4.    Kepuasan pribadi

Individu harus dapat menyesuaikan diri dengan baik secara sosial, anak harus merasa puas terhadap kontak sosialnya dan terhadap peran yang dimainkannya dalam situasi sosial. Bentuk dari kepuasan pribadi adalah kepercayaan diri, disiplin diri dan kehidupan yang bermakna dan terarah.

Related Post

PENGUKURAN TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS BERBASIS WEB MENGGUNAKAN SOFTWARE SMART PLS ( Studi Kasus UNRIKA Batam )PENGUKURAN TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS BERBASIS WEB MENGGUNAKAN SOFTWARE SMART PLS ( Studi Kasus UNRIKA Batam )

TONI KUSUMA WIJAYA Dosen Tetap Prodi Teknik Elektro UNRIKA Batam   ABSTRAK Penelitian ini difokuskan pada kesuksesan sebuah sistem informasi yang digunakan oleh universitas untuk kepentingan mahasiswanya antara lain mengengenai